Kamis, 30 Oktober 2008

INDAHNYA ILMU PENGETAHUAN

Hampir semua orang beriman (termasuk Anda tentunya) percaya bahwa semesta dan segala isinya adalah diciptakan oleh Sang Khalik. Suatu entitas yang serba maha, dan tidak ada yang tahu dari mana dia. Jika anda iseng masuk ke Yahoo id.answer, maka ketika ada pertanyaan Tuhan berasal dari mana, maka jawaban yang muncul kebanyakan adalah mendoakan yang bertanya agar insyaf. Aneh juga. Itu kan tidak menjawab pertanyaan. Mungkin yang menjawab tidak bisa menjawab, atau tidak berani memikirkan keberadaan Tuhan. Para perekayasa munculnya agama (Anda mungkin menyebutnya Nabi) sudah sadar betul dengan hal ini. Mereka juga tidak akan bisa menjawab dengan gamblang tentang keberadaan Tuhan. Jadi mereka mengatur skenario dengan memberikan dosa besar kepada orang yang bertanya tentang eksistensi Tuhan. He he he….

Anda jangan emosi dulu. Penulis blog ini juga percaya kepada Tuhan kok jadi tidak akan berani mengusik lebih mendalam lagi. Akan tetapi, ada beberapa hal yang mungkin agak berbeda dengan apa yang telah diyakini oleh kebanyakan orang beriman.

Sebenarnya ada cara lain untuk mengenal Tuhan, menghormati-Nya, termasuk menghormati alam ciptaan-Nya yang indah (meskipun akhir-akhir ini sering dirusak keindahannya oleh ulah ciptaan-Nya). Cara yang bukan berasal dari agama, tetapi dari Ilmu pengetahuan. Lho kok bisa. Bisa saja.

Banyak pertentangan tentang adanya evolusi. Penentang teori evolusi kebanyakan dari kalangan agamawan, dan, tentu saja, kurang memahami tentang sains. Di sini tidak akan diuraikan tentang teori evolusi secara detail, tetapi yang kita-kita orang awam tahu saja. Perhatikan, seberapa besar kemungkinan seorang bayi lahir. Jika ditilik dengan sedikit ilmu pengetahuan, sangat kecil, teramat sangat kecil. Setelah pasangan menikah, biasanya berapa lama pasangan wanita menjadi hamil. Atau dengan kata lain, setelah berapa kali mereka melakukan tindakan tidak senonoh J demi meneruskan generasi. Pastilah lebih dari satu kali. Secara statistik, sangat kecil kemungkinan muncul janin dari hubungan intercourse yang perdana.

Lebih jauh lagi, dari pelajaran biologi SMA kita tahu bahwa setiap kali ejakulasi, keluar jutaan sel hidup, tetapi akan hanya ada satu sel saja yang mampu membuahi sel telur. Tercatat ada sekitar 150 juta sel hidup yang dilontarkan oleh calon bapak setiap kali berhubungan. Secara guyon dikatakan, sel hidup yang berhasil membuahi pastilah sel yang paling aktif, paling impresif, paling lincah, paling gesit, paling pencilakan, paling nakal dan lain sebagainya. Anda lihat bahwa kemungkinan munculnya janin sangat kecil.

Setelah janin muncul, masih diperlukan waktu 9 bulan 10 hari lagi agar menjadi seorang bayi. Dalam kurun waktu itu, segalah sesuatu bisa mungkin terjadi. Tercatat, keguguran di kalangan ibu-ibu masih relatif tinggi. Fakta ini akan menurunkan kembali probabilitas adanya seorang manusia.

Tambahan lagi, proses ibu melahirkan juga merupakan proses hidup mati, baik ibu maupun si orok. Tingkat kematian ibu-bayi per valensi juga masih tinggi. Lagi-lagi ini menurunkan probabilitas adanya seorang manusia.

Jika dirunut lebih jauh, masih ada risiko kematian bayi atau anak di bawah usia 3 tahun. Sehingga probabilitas adanya seorang manusia dewasa lebih kecil lagi.

Anda lihat, begitu kecilnya kemungkinan adanya seorang manusia. Jadi kesimpulannya, manusia, siapapun dia, adalah sangat berharga. Kita mungkin tidak menyadari bahwa kita ini, masing-masing dari kita adalah suatu makhluk yang telah lolos menjalani seleksi alam yang begitu ketat, dan hanya sedikit sekali yang berhasil menjadi seperti kita.

Dengan fakta itu, jika anda tidak suka dengan orang lain, biarkan saja, tidak usah dibunuh karena dia adalah makhluk yang langka seperti anda. Jika anda melihat orang yang kelaparan dan sangat menderita, kasihanilah dia, karena dia merupakan individu yang telah lolos dari seleksi alam yang begitu ketat. Jangan pernah menyakiti orang lain karena itu berarti menyakiti jutaan sel hidup lain yang tidak mampu berenang mencapai sel telur.

Dari uraian tersebut, agak aneh jika ada orang yang mengatakan ‘dia layak untuk mati’. Berarti orang tersebut tidak menyadari akan pentingnya orang yang dianggap layak untuk mati tersebut. Nah, dari sains kita juga dapat bersikap menjadi seorang yang humanis. Suatu sifat yang kadang-kadang tidak dimiliki oleh orang yang mengaku dirinya punya agama.

(Disarikan dari Buku Cosmos, karangan Profesor Carl Sagan, seorang astronom yang sangat humanis, dan tentu saja, beragama)

Selasa, 28 Oktober 2008

INDAHNYA SUMPAH PEMUDA

Presiden pertama RI, Ir. Soekarno pernah berujar, “Beri saya sepuluh orang muda, dan saya akan menggetarkan dunia!” Cukup sepuluh orang saja, dan dunia akan bergetar. Ya, memang pemuda sangatlah bergairah, enerjik, penuh semangat, idealis dan masih banyak lagi pujian bagi kaum muda. Kaum muda adalah masa depan suatu bangsa dan sejarah Bangsa Indonesia juga membuktikan bahwa perubahan sejarah dimotori oleh para pemuda. Mulai dari peristiwa Kebangkitan Nasional, Sumpah Pemuda, Kemerdekaan 1945 sampai dengan Peristiwa Arek-arek Surabaya, semuanya tidak lepas dari peran serta kaum muda.

Pertanyaan yang sekarang menggelitik, adalah, kalau dulu pemuda kita benar-benar mempunyai peran, mengapa sekarang negara kita terus menerus dirundung malang, dan tidak pernah keluar dari kubangan penderitaan. Bukankah sekarang juga banyak pemuda di negara kita? Jumlahnya pemuda sekarang secara persentase relatif sama dengan jumlah pemuda ketika kejadian-kejadian heroik terjadi di masa lalu.

Hari ini kita semua merayakan Peringatan Sumpah Pemuda, di mana pada tahun 1928, pemuda-pemuda di kawasan Hindia Belanda bersumpah untuk menjadi satu bangsa, yaitu Bangsa Indonesia. Peristiwa itu menjadi titik tolak semangat nasionalisme, yang pada puncaknya melahirkan proklamasi 1945 yang juga dimotori oleh ulah tingkah para pemuda.
Sejarah, tinggallah sejarah, dan biarlah berlalu dengan penuh kenangan. Tetapi sekarang ini, mengapa Indonesia tidak juga mengalami perubahan yang berarti. Di mana para pemuda kita?

Sebagai seorang muda, pastilah memerlukan sosok orientasi yang dijadikan pegangan hidup. Dan yang menjadi orientasi itu adalah, tentu saja, kaum tua. Suatu kaum yang saat ini sedang memegang pemerintahan negara kita Indonesia. Seorang pemuda tidaklah perlu diberi nasihat yang bertele-tele, atau pesan moral yang sarat dengan kutipan dari ayat-ayat Kitab Suci. Para pemuda sudah bosan dengan hal-hal seperti itu. Lalu apa yang dibutuhkan oleh pemuda? Pemuda hanya butuh seorang teladan. Suatu sosok yang mampu menjadi panutan bagi langkah dan derap hidup mereka. Diperlukan seorang tua yang mampu mengarahkan dan menjembatani semangat kaum muda, dan tentu saja, tidak perlu banyak cakap dan wejangan. Di tangan seorang Soekarno, maka sepuluh pemuda pastilah akan mampu menggetarkan dunia. Akan tetapi, di tangan seorang pemimpin yang korup, tidak bertanggung jawab, suka main wanita dan suka lari dari masalah, maka sejuta pemuda pun menjadi melempem.

Yang tidak ada di negara kita saat ini adalah seorang sosok yang mampu menjadi panutan. Pemuda bangsa kita kehilangan orientasi karena tidak ada suri teladan dari para orang tua. Lihat saja ulah para orang tua di negara kita. Banyak yang tidak tahu diri dan masih ingin terus menjadi pemimpin, padahal sudah jelas bahwa waktu diberi kesempatan menjadi pemimpin tidak berhasil membawa perubahan. Juga banyak yang menggunakan wewenang dan jabatannya untuk kepentingan diri sendiri, mencari uang yang tidak halal, membebaskan orang yang bersalah hanya karena milyaran rupiah.

Wahai para orang tua, sudilah menyingkir dari gelanggang. Para pemuda tidak ingin menyingkirkan kalian dan tetap menghormati kalian. Akan tetapi, biarkan para pemuda yang menentukan masa depan mereka sendiri. Jika ada orang tua yang mengatakan, ‘anak muda sekarang pada malas, loyo dan tidak mempunyai semangat!’ Maka jawabannya adalah, siapa yang mengajari para pemuda tersebut. Jika tidak ada yang mengajari perilaku malas tersebut, pastilah mereka mencontoh dari para orang tua. Anak muda sekarang susah mencari pekerjaan, karena para orang tua tidak becus mengurus negeri ini. Wahai para orang tua, berpikirlah untuk masa depan bangsa, bukan untuk kesenangan kalian saja. Setiap kenikmatan haram yang kalian raup, itu adalah kesengsaraan generasi penerus kalian.

Minggu, 26 Oktober 2008

Indahnya Sportivitas

Akhir-akhir ini kita disuguhi dengan banyak tayangan tentang demokrasi di negara Super Power yaitu tentang kampanye pemilihan presiden dan wakil presiden. Hampir dari kita tentu sudah tahu bahwa ada dua pasangan capres-cawapres, yaitu Obama-Biden melawan McCain-Palin. Banyak sekali fenomena menarik yang muncul dan, mempunyai ‘suasana’ yang sangat berbeda dengan kondisi di negara kita tercinta INDONESIA.

Hampir semua polling yang dilakukan menjagokan pasangan Obama-Biden dibandingkan pasangan McCain-Palin. Obama merupakan kandidat yang kebetulan pernah tinggal di daerah Menteng Jakarta, Indonesia. Tetapi saya pikir itu hanya kebetulan saja. Apakah itu akan mempunyai pengaruh terhadap kebijakan politik Amerika di Indonesia, saya tidak tahu dan saya tidak akan menceritakan tentang hal itu.

Sportivitas, ya itu yang ingin saya sampaikan di sini. Sportivitas yang mana? Bukankah sportivitas lebih terkenal di kalangan olah raga? Betul sekali. Tetapi kita sebagai manusia juga harus bisa hidup secara sportif, profesional dan mengedepankan nilai-nilai moral yang menjunjung tinggi kepentingan orang banyak. Lho, ini mau ngomong apa? OK, ini ceritanya.
Sarah Palin, kandidat wakil presiden McCain adalah mantan seorang selebritis yang sekarang menjabat Gubernur Alaska. Dalam suatu debat, ternyata Sarah Palin sering menjawab pertanyaan dari para panelis secara ‘kurang tepat’ (bahasa halus dari ngawur). Salah menyebut nama Jenderal (seharusnya Jendral David McKieman, disebut oleh Palin sebagai McClellan), juga tidak ingat tentang sederetan keputusan MA (MA-nya Amerika lho) yang ditolaknya. Padahal orang-orang di MA benar-benar ingat akan penolakan keputusan tersebut. Nah, aneh kan. Saya juga jadi ingat debat para calon pejabat di Indonesia, yang, sayangnya hampir semuanya tidak nyambung ketika ditanya oleh panelis. Tetapi, ya, mereka tetap saja terpilih. Bandingkan dengan suasana di Negara Paman Sam tersebut.

Ada lagi yang menarik perhatian. Palin pernah ‘minta tolong’ kepada suaminya, Tood Palin (seorang pegawai pemerintah) untuk memecat Mike Wooten yang cekcok dengan istrinya. Lho kenapa, karena ternyata istri dari Mike Wooten adalah adik kandung Palin. Nah, kalau itu terjadi di Indonesia, saya yakin seyakin-yakinnya, bahwa hal tersebut tidak akan menjadi masalah besar. Lha wong yang sudah terbukti korupsi milyaran rupiah, atau selingkuh, atau memukul orang di depan umum saja tidak diapa-apakan. Tetapi karena kejadian tersebut terjadi di Amerika, maka menjadi sebuah masalah besar dan benar-benar menurunkan popularitas Palin (termasuk McCain) secara drastis.

Anda jangan menganggap saya sebagai seorang ‘western’ yang menganggap bahwa dunia barat selalu lebih baik. Di sini saya ingin mengatakan bahwa kita bisa belajar dari sportivitas, kejujuran dan profesionalisme. Tidak semua yang berbau barat bagus kok, tetapi tidak ada salahnya jika kita mengikuti apa yang baik dan meninggalkan apa yang tidak sesuai dengan budaya kita. Pejabat Kejaksaan Agung kita yang benar-benar terekam ketika meminta uang, atau pejabat DPR yang terekam ketika mau berkencan dengan wanita muda, seolah-olah tidak mengakui kesalahannya dan masih berani membela diri. Alasannya azas praduga tak bersalah, merekam itu melanggar hukum, atau persepsi dari pendengar rekaman yang kurang tepat. Aneh, jutaan orang yang mendengar dikatakan salah semua!!!

Kenapa ya kita tidak bisa bersifat sportif?? Belajar dari gurunya Laskar Pelangi yang dengan tegas dan berulang-ulang mengatakan ‘kita sebagai orang banyak-banyaklah memberi, bukan banyak-banyak menerima!!!’

Jumat, 24 Oktober 2008

Indahnya Cinta

Atin menatap jauh ke depan dengan pandangan kosong. Menerawang cakrawala luas ciptaan Sang Khalik yang Maha Bijaksana sekaligus Maha Membingungkan. Cinta, ya..cinta. Cinta Sang Pencipta adalah agung dan abadi, bahkan melebihi keberadaan manusia, salah satu dari sekian banyak ciptaan-Nya. Kakinya seakan tidak lagi menapak di bumi dan pikirannya melambung ke alam antah berantah, tetapi tetap kosong.

“Dik….” sebuah suara terngiang di telinganya. Sebuah suara dari seorang laki-laki yang selama ini dicintainya, lebih dari segala sesuatu. Roy!! Iya Roy, seorang laki-laki yang lebih dari tiga tahun mendampinginya dengan setia dan penuh kasih sayang. Perlakuan yang biasa tetapi dengan sepenuh hati telah meluluhlantakkan hatinya. Roy memeluk Atin dengan sepenuh hati. Atin benar-benar dapat merasakan ketulusan cinta Roy dan merasa bahwa dirinya semata-mata adalah tulang rusuk yang merasa nyaman berada pada tulang induk yang bertaburan cinta.

Tidak ada lagi hal lain di dunia ini yang dapat menggantikan kebersamaan yang penuh kemesraan bersama kekasih hatinya. Tetapi Atin juga menyadari bahwa hampir semua orang di sekelilingnya menolak keindahan yang dia rasakan. Atin, lahir dari sebuah keluarga Katholik yang taat dan orang tuanya segera membabtis dirinya ketika masih bayi. Semenjak kanak-kanak Atin selalu aktif di kegiatan Gereja dengan sepenuh hati. Beberapa kerabatnya juga menjadi biarawan dan biarawati. Lingkungan pergaulannya juga tidak jauh-jauh dari komunitas gereja dan berbagai atributnya. Tetapi kenapa? Kenapa akhirnya harus jatuh cinta kepada seorang laki-laki yang bukan dari kalangan Gereja. Ironis memang.

Sejak awal, Atin memang mempunyai perasaan simpati yang sangat mendalam kepada Roy, seniornya ketika masih kuliah. Roy seorang penganut muslim yang soleh dan juga berasal dari kalangan santri yang kuat. Kebersamaan mereka pada awalnya hanya karena kegiatan di kampus biasa. Hari-hari yang mereka lalui akhirnya menumbuhkan benih-benih asmara yang tulus di antara mereka. Tidak ada yang memaksa. Atin dan Roy sama-sama saling jatuh cinta meskipun mereka berdua dari latar belakang agama yang sangat berbeda.

Hubungan mereka akhirnya tercium oleh keluarga masing-masing dan bisa ditebak apa reaksi dari keluarga mereka. Tidak ada kata lain selain tidak. Baik orang tua Atin maupun Roy sama-sama tidak merestui hubungan mereka. Alasannya banyak sekali, dan parahnya, Atin dan Roy juga mengerti dan memahami alasan itu, karena keduanya juga sama-sama orang yang menghayati keyakinan mereka masing-masing.

Atin tidak pernah mengerti dengan kehendak Tuhan yang Maha Baik, yang akhir-akhir ini sering dianggapnya sebagai Maha Membingungkan. Atin tidak bisa mengajak Roy pindah agama, karena dirinya tahu bahwa Roy juga akan mempunyai keinginan yang sama. Dalam doa pun, Atin tidak berani memohon kepada Tuhan karena Roy juga akan melakukan hal yang sama.
Roy juga demikian. Harapan untuk mendapatkan istri yang muslimah telah pupus ketika melihat pesona Atin yang benar-benar melekat di hatinya. Perjuangan menolak rasa cinta kepada Atin tidak pernah berhasil. Sebagai laki-laki yang bertanggung jawab, Roy akhirnya menyatakan cinta kepada Atin karena cintanya memang tulus berasal dari lubuk hati yang paling dalam. Tautan hati mereka berdua terbina sekian lama dan semakin hari menjadi semakin bertumbuh.
Pelukan Roy semakin terasa mantap bagi Atin. Tangan kuat yang merengkuhnya seolah berkata, ‘aku benar-benar mencitaimu dan tidak bisa hidup tanpamu’. Kadang Atin ingin berteriak sekuat tenaga, ‘Mengapa ini terjadi’. Cinta lahir lebih dulu dari pada agama. Manusia tercipta juga karena cinta Tuhan, dan agama hanyalah tatanan hidup, agar manusia tidak lupa kepada pencipta-Nya. Tetapi, mengapa agama seolah-olah berdiri di atas cinta. Mungkin dunia akan baik-baik saja tanpa adanya agama, bahkan mungkin lebih baik. Akan tetapi, dunia akan benar-benar kacau balau tanpa adanya cinta, bahkan mungkin dunia tidak ada tanpa adanya cinta. Agama mengajarkan cinta, akan tetapi cinta telah ada lebih dulu dari pada agama. Cinta mendasari setiap kehidupan dan ciptaan yang ada di semesta ini. Haruskah mengalahkan cinta demi agama?? Ataukah agama bisa tahu diri dan bersedia mengalah demi cinta? Agama memang pasti akan dengan rendah hati memberikan jalan selebar-lebarnya kepada cinta sejati, tetapi pengikutnyalah yang pasti akan menutup jalan tersebut rapat-rapat. Agama dan cinta sebenarnya adalah sesuatu yang identik, pengikutnyalah yang memisah-misahkannya sehingga menjadi sesuatu yang berbeda, bahkan berseberangan.

Rabu, 22 Oktober 2008

INDAHNYA SEDEKAH

Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di Jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui
(QS Al-Baqarah [2]:261)

Saat ini negara Indonesia tercinta, sekali lagi, TERCINTA, memang belum bisa memberikan kemakmuran yang layak bagi rakyatnya. Meskipun kaya raya akan hasil alam, tetapi hampir semua hasil tersebut dinikmati oleh sekelompok orang tertentu, dan sebagian lagi dinikmati oleh orang asing. Bahkan di sebuah negara yang kaya raya akan minyak, tetapi rakyatnya tidak mampu membeli minyak. Ironis memang.

Islam sebenarnya sudah memberikan solusi yang tepat untuk menyelesaikan, atau paling tidak meringankan permasalahan orang yang kurang mampu. Solusi tersebut adalah melalui, yang tentunya sudah kita kenal dengan baik, yaitu zakat, infak dan sedekah. Allah swt menegaskan bahwa dalam harta orang-orang kaya terdapat hak orang miskin. Bila ada orang kaya yang tidak mengeluarkan zakatnya, maka sesungguhnya ia telah mencuri harga orang miskin. Kalau kita cermati, sebenarnya zakat itu tidak besar kok jumlahnya, hanya 2,5% yang relatif kecil jika dibandingkan dengan pajak PPN yang sebesar 10 persen, atau bahkan pajak undian yang sampai 20%.

Jika seorang kaya dengan segala ketulusan hati dapat memberikan bantuan secara maksimal untuk orang miskin, maka dapat dipastikan bahwa upaya mengentaskan kemiskinan akan berjalan baik dan jurang pemisah yang menganga lebar antara si kaya dan si miskin akan tereliminir. Dengan catatan, kalian yang miskin jangan jadi pemalas dan hanya mengharapkan sedekah saja. OK?? Fair kan? Sejarah telah menunjukkan bahwa para sahabat Nabi merupakan orang yang sangat antusias dalam derma.

Perlu juga dicermati, bahwa harta yang kita peroleh secara halal, dari gaji misalnya, harus disucikan dengan zakat 2,5%. Sebenarnya cara kita memperoleh harta tersebut memang tidak murni seratus persen. Kadang-kadang kita bertengkar dengan teman kantor karena urusan pekerjaan, atau kita mengeluh karena pusing oleh pekerjaan. Nah, untuk itulah maka ada nilai sebesar 2,5% yang harus kita ikhlaskan agar hal-hal buruk yang terjadi ketika kita mendapatkan harta menjadi hilang. Dengan demikian sisanya merupakan harta yang benar-benar barokah.

Hal ini tidak berlaku bagi harta yang memang sejak awal sudah tidak halal. Seorang koruptor yang melakukan korupsi sebesar 1 Milliar tidak dapat dengan serta merta memberikan zakat sebesar 25 juta sehingga harta korupsinya menjadi halal. Ini sangat tidak benar. Harta korupsi tetap tidak berkah dan tidak dapat disucikan dengan 2,5%. Koruptor tersebut harus mengembalikan seluruh harta korupsi, beserta kerugiannya dan harus menanggung risiko hukum dan sosial akibat perbuatannya. barulah impas. Jadi, kalau dipikir-pikir, kalau harta kita halal, maka kewajiban kita hanya 2,5%. Tapi kalau harta kita tidak halal, maka kewajiban kita lebih besar dari pada harta yang telah kita peroleh tadi. Nah… Anda milih yang mana.
(Diadopsi dari Buletin Jum’at Sakinah, No. 194 Th. III September 2008, Ramadhan 1429)

Senin, 20 Oktober 2008

Kiai Masuk Gereja (2)

Cak Nun berkotbah di Gereja atau di depan orang-orang Non Muslim sudah bukan pertama kali. Di Indonesia sendiri, sudah beberapa kali Cak Nun diundang berbicara di depan orang-orang Katholik, bukan untuk berdebat tentang agama, tetapi untuk saling terbuka dan berbicara dari hati ke hati, dan mencari kebersamaan, menghindarkan konflik. Adalah lebih bijaksana mencari persamaan dan bekerja sama menghadapi ‘musuh’ bersama. Musuh orang beragama yang akan dilawan oleh umat beragama, agama apapun secara bersama-sama. Banyak sekali musuh yang harus dilawan, misalnya kemiskinan, korupsi, masa depan anak-anak dan juga masalah lingkungan.

Pencarian kebersamaan juga dapat dilakukan dengan dialog serupa. Umat Kristen (sebutan untuk mengikut Nabi Isa, termasuk juga Katholik) menganggap Nabi Isa (Yesus Kristus) lebih dari sekedar Nabi, tetapi juga sebagai Tuhan. Hal ini sering ditolak oleh Umat Muslim dan menimbulkan konflik karena dianggap sebagai penghinaan. Akan tetapi, Gus Mus mengatakan dalam suatu kesempatan, bahwa pandangan itu tidak akan dapat diubah. Hal yang lebih bijaksana adalah mencari persamaannya, yaitu bahwa Tuhan (Allah) itu dekat sekali dengan manusia. Dalam Islam dituliskan bahwa Allah lebih dekat dari pada tulang rusuk kita. Hal ini juga akan dianggap mustahil oleh orang Kristen. Jadi ya… sama saja. Orang selalu menganggap aneh apa yang diyakini oleh orang lain dan jika dibesar-besarkan, yang terjadi ya konflik.

Orang Islam akan menganggap aneh kepercayaan Hindu yang menghormati seekor sapi. Tapi itu sudah diyakini selama berabad-abad, dan ada banyak sekali alasan untuk menghormati seekor sapi, menurut keyakinan Hindu. Orang Hindu juga akan menganggap aneh mengapa orang Islam tidak menghormati sapi, tetapi malah memakan sapi dan menganggap itu jauh lebih baik dari pada makan babi atau anjing. Orang Katholik juga akan lebih heran lagi. Akan tetapi orang Katholik selalu memakan komuni setiap minggu yang sebenarnya hanya merupakan roti tidak beragi. Nah…..jadi ngapain repot dengan perbedaan, jauh lebih enak membicarakan persamaan dan mencari solusi bersama untuk kehidupan ini. Tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa apa yang kita yakini adalah paling benar dan juga harus diyakini oleh orang lain. Si Empunya semesta aja tidak pernah memaksa orang untuk meyakini bahwa diri-Nya lah yang menciptakan semesta ini. Nah…ngerti gak Son….

Jumat, 17 Oktober 2008

Kiai Masuk Gereja

Sekitar 6 sampai 20 Oktober 2008, Emha Ainun Jadjib dan konco-konconya melawat Belanda bersama perabotan Kiai Kanjengnya. Keunikan dari lawatan ini adalah karena diprakarsai oleh Protestant Church Belanda (dilaksanakan oleh Centre for Reflection of the Protestant Church dan Hendrik Kraemer Institute), serta bekerja sama dengan Java Enterprise. Title dari tour itu adalah Voices & Visions dan ditampilkan dalam beberapa agenda pementasan musik dan dialog di tujuh kota yakni Den Haag, Amsterdam, Rotterdam, Deventer, Leeuwarden, Windesheim, dan Utrecht. Selain itu, juga akan bertemu komunitas muslim Belanda.

Di Deen Haag, misalnya, Emha dan Kiai Kanjeng akan tampil di gereja Christus Triomfater dan pesta rakyat di Moerwijk, pentas di Theater de Regentes, juga tabligh akbar di Masjid al-Hikmah. Di Amsterdan Emha dan Kiai Kanjeng memenuhi undangan simposium dan pentas musik. Di Deventer, mereka akan bertemu dengan tokoh agama setempat dan menyelenggarakan workshop dan konser mini. Di Leeuwarden dan Windesheim, Emha dan KiaiKanjeng akan terlibat diskusi dengan para mahasiswa dan masyarakat sekitar, tentu dengan iringan musik KiaiKanjeng. Di Rotterdam, Emha dan KiaiKanjeng akan tampil di Universitas Islam Rotterdam. Di Utrecht, mereka akan pentas di Theater de Nobelaer. Sementara di Amsterdam, Emha dan KiaiKanjeng akan bertemu dengan tokoh muslim setempat dan menggelar diskusi dan konser mini di sana, serta mengikuti workshop dan diskusi dengan artis Belanda.

Cak Nun juga diminta untuk menyampaikan presentasi di beberapa forum dialog dengan fokus pengembangan dialog antarbudaya dan antar agama. Di forum-forum itu, Cak Nun akan menyampaikan pandangannya tentang Islam dan pluralisme, Islam dan lingkungan hidup, serta alam dan kebebasan beragama, tentu dengan sudut pandang khas Emha. Sementara itu pihak Gereja Protestan di Belanda menyatakan bahwa melalui tur ini mereka bermaksud menyumbangkan sikap saling penghargaan antara orang yang beda agama. Sekretaris Jendral Gereja Protestan di Belanda, pendeta Arjen Plaisier, mengatakan: Gereja kami tidak dipanggil untuk mengabarkan agama Islam, tetapi untuk mendukung percakapan/pertemuan dengan orang yang beda agama secara jujur dan dengan rasa hormat. Emha memakai pendekatan ini juga, seperti mitra-mitra Muslim kami di Belanda. Sekarang ini kami sering mendengar pencirian-pencirian mengenai orang Islam yang tidak bernuansa, malah yang memalukan.

Dalam keadaan ini Gereja Protestan ingin memberikan perhatian kepada teladan yang positif.
Bagi Emha dan KiaiKanjeng, tampil di hadapan publik nonmuslim melalui dialog dan pementasan musik bukan hal yang baru, dan dalam kesempatan yang demikian itu, Emha dan KiaiKanjeng berupaya menampilkan tafsir pluralisme ala mereka yakni bahwa orang Islam tidak perlu menyembunyikan identitasnya sebagai muslim pun sebaliknya bagi nonmuslim. Pluralisme adalah saling mengerti siapa diri kita sembari pada saat bersamaan berlomba dalam mewujudkan kebaikan. Itulah di antara yang pernah disampaikan Emha pada saat hadir di Gereja Pugeran Yogyakarta pertengahan tahun 2007 lalu. Di Belanda pun Emha dan KiaiKanjeng membawa semangat yang sama.

Negeri Belanda mempunyai hubungan emosional yang sangat erat dengan Indonesia yang mayoritas muslim. Selain telah menjajah Indonesia sekitar 350 tahun, akhir-akhir ini juga ada beberapa kejadian yang cukup menarik untuk dicermati. Adanya pembunuhan Theo van Gogh seorang sutradara film oleh seorang Muslim Marokko dan juga film "Fitna" oleh anggota Parlemen Geert Wilders.

Pemerintah Belanda, dan mungkin juga banyak pemerintah negeri "Barat" lain sepertinya masih belum bisa matching dengan muslim. Hal tersebut menjadi lebih buruk, ketika di kalangan muslim sendiri muncul berbagai aliran garis keras yang seolah memberikan cap bahwa kecurigaan dunia barat adalah benar, atau setidaknya ada unsur benarnya. Meskipun jumlah garis keras relatif sedikit dan tidak mewakili pandangan umum muslim, tetapi aksinya sering mencemaskan sehingga bangsa barat yang terkenal teratur menjadi sangat berhati-hati.
Kurangnya dialog antara barat dan muslim menjadikan permasalahan tersebut semakin meruncing. Saling curiga menjadi semakin tajam, dan hal tersebut benar-benar dimanfaatkan oleh garis keras (muslim) dan juga oleh kaum oportunitis (barat). Banyak ahli berpendapat bahwa penyerangan ke Irak yang sebenarnya bermotif minyak dipelintir menjadi perserteruan timur-barat.

Eddy Supriyadi, (Vrije Universiteit, Amsterdam) salah satu mahasiswa doktoral di Belanda sempat mengutip kalimat dari Emha: "Orang berbuat jahat tidak harus seratus persen kita pahami sisi kejahatannya, tetapi bisa kita cari kemungkinan bahwa kejahatan itu bersumber dari kelemahan atau keterpaksaan. Dengan demikian kita bukan membencinya karena kejahatannya, melainkan ada peluang dan bahkan kewajiban untuk mengantarkannya terlepas dari kelemahan itu, sehingga produk jahatnya juga bisa terkurangi. Bahkan orang yang membenci kita, memfitnah kita dan memaki-maki kita, sesungguhnya mengantarkan kepada kita keharusan untuk menggali ilmu dan pengetahuan tentang sebab kebencian itu. Misalnya bahwa kebenciannya itu berasal dari suatu keadaan mental yang terbatas sedemikian rupa sehingga ia tidak punya kemungkinan lain kecuali membenci kita. Kemudian kebencian itu juga mengantarkan juga pancingan untuk menambah kasih sayang kita kepadanya, syukur diam-diam menolongnya untuk berjalan menuju kondisi mental yang lebih kuat dan positif sehingga ia tidak perlu membenci siapapun sebagai satu-satunya jalan untuk survive secara psikologis..."

Pendapat itu sangat kontras sekali dengan pendapat garis keras, seperti FPI misalnya. Pandangan garis keras sangat tidak pluralis dan sangat eksklusif. Mereka beranggapan bahwa orang yang menghargai pluralisme adalah orang yang ilmunya belum tinggi sehingga masih mau bertoleransi dengan orang lain. Lalu mana yang benar??? Jika Tuhan/Allah/Yahwe memang menhendaki, maka akan diciptakan satu bangsa saja, satu agama saja dan tidak ada perbedaan. Perbedaan adalah hakekat dari penciptaan itu sendiri. Amien.

Rabu, 15 Oktober 2008

Imagine

By. John Lennon

Imagine there's no heaven
It's easy if you try
No hell below us
Above us only sky
Imagine all the people
Living for today...

Imagine there's no countries
It isn't hard to do
Nothing to kill or die for
And no religion too
Imagine all the people
Living life in peace...

You may say I'm a dreamer
But I'm not the only one
I hope someday you'll join us
And the world will be as one

Imagine no possessions
I wonder if you can
No need for greed or hunger
A brotherhood of man
Imagine all the people
Sharing all the world...

You may say I'm a dreamer
But I'm not the only one
I hope someday you'll join us
And the world will live as one



Selasa, 14 Oktober 2008

Under the same sun

Music :mark hudson
Lyrics:klaus meine, bruce fairbairn

I saw the morning
It was shattered by a gun
Heard a scream, saw him fall, no one cried
I saw a mother
She was praying for her son
Bring him back, let him live, dont let him die

Do you ever ask yourself
Is there a heaven in the sky
Why cant we get it right

cause we all live under the same sun
We all walk under the same moon
Then why, why cant we live as one

I saw the evening
Fading shadows one by one
We watch the lamb, lay down to the sacrifice
I saw the children
The children of the sun
How they wept, how they bled, how they died

Do you ever ask yourself
Is there a heaven in the sky
Why cant we stop the fight

cause we all live under the same sun
We all walk under the same moon
Then why, why cant we live as one

Sometimes I think Im going mad
Were loosing all we had and no one seems to care
But in my heart it doesnt change
Weve got to rearrange and bring our world some love

And does it really matter
If theres a heaven up above
We sure could use some love

cause we all live under the same sun
We all walk under the same moon
Then why, why cant we live as one
cause we all live under the same sky
We all look up at the same stars
Then why, tell me why cant we live as one

Kita hidup di bawah bulan dan matahari yang sama
Tetapi mengapa kita sulit untuk hidup bersama

Senin, 13 Oktober 2008

Laskar Pelangi

mimpi adalah kunci

untuk kita menaklukkan dunia

telah hilang

tanpa lelah sampai engkau

meraihnya


laskar pelangi

takkan terikat waktu

bebaskan mimpimu di angkasa

raih bintang di jiwa


menarilah dan terus tertawa

walau dunia tak seindah surga

bersukurlah pada yang kuasa

cinta kita di dunia


selamanya…


cinta kepada hidup

memberikan senyuman abadi

walau ini kadang tak adil

tapi cinta lengkapi kita


laskar pelangi

takkan terikat waktu

jangan berhenti mewarnai

jutaan mimpi di bumi


menarilah dan terus tertawa

walau dunia takseindah surga

bersukurlah pada yang kuasa

cinta kita di dunia


selamanya…



download mp3

Sabtu, 11 Oktober 2008

Dia yang Salah

DIA YANG SALAH

Bagi yang tinggal di daerah Semarang dan sekitarnya, dan kebetulan penggemar berat sepak bola nasional, tentu tahu berita terbaru akhir-akhir ini. Bukan berita tentang skor hasil pertandingan, tetapi berita (gambarnya juga ada) tentang aksi tinju kepada seorang wasit yang dilakukan oleh seorang pembesar pengurus sepak bola setempat. Wow…… Aksinya sempat tertangkap kamera dan dimuat pada surat kabar lokal terkemuka daerah itu.
Aneh…Olah raga yang menjunjung sportifivitas tinggi, tetapi pejabat pengurusnya bertindak sangat-sangat tidak sportif. Meninju wasit!!!! Wooowww…
Anehnya lagi, bapak dari petinju yang jadi pengurus sepak bola tadi membela anaknya dan mengatakan bahwa yang salah adalah wasit. Padahal bapak dari petinju tadi adalah orang nomor satu di Semarang, alias wali kotanya…. Wooooow… (lagi)
Ya namanya anak, biarpun sudah jelas-jelas salah ya tetap dibela. Tapi…. Ya…… namanya juga anak.
Coba belajarlah dari filsafat ayam.. Kalau anak ayam diganggu, maka induk akan mematuk yang mengganggu, tetapi kalau anaknya salah, ya anaknya yang dipatuk… Fair kan…. Ayam aja tahu (dikutip dari http://www.naskahrahasia.blogspot.com)
Meskipun wasit itu tidak adil dalam memimpin, apakah pejabat sepak bola tadi berhak untuk meninjunya? Memang siapa dia?? Saya juga jadi pengin meninju anak dan bapaknya sekalian, karena saya menganggap mereka juga punya salah. Tapi nanti saya juga sama dengan dia. Gak mau ach… jadi ya…saya mendoakan saya biar anak dan bapak cepat sadar bahwa dunia ini bukan milik mereka. Like father like son… Mudah-mudahan bapaknya yang gagal jadi gubernur dan masih tersangkut banyak kasus cepat sadar, dan anaknya segera sadar untuk tidak arogan meskipun bapaknya yang punya Semarang. Amien…..

Selasa, 07 Oktober 2008

SEMUA ORANG MELAKUKANNYA

SEMUA ORANG MELAKUKANNYA


Seorang Pelajar ditanya: Mengapa harus mencontek ketika ujian?

Seorang Sopir Taxi ditanya: Mengapa memutar-mutar dulu sebelum menuju tempat tujuan penumpang?

Seorang Pemain Bola ditanya: Mengapa selalu menyalahkan wasit?

Seorang Pegawai BPN ditanya: Mengapa selalu meminta uang untuk urusan sertifikat tanah?

Seorang Pegawai Kelurahan ditanya: Mengapa meminta mempersulit urusan orang yang tidak mau memberi amplop?

Seorang Pegawai PLN ditanya: Mengapa tidak mengerjakan pekerjaan kalau pelanggan tidak memberikan uang tambahan?

Seorang Pegawai PDAM ditanya: Mengapa diam-diam saja melihat air bocor di mana-mana?

Seorang PNS ditanya: Mengapa meminta amplop untuk berbagai urusan yang seharusnya diselesaikan tanpa biaya?

Seorang Polisi ditanya: Mengapa meminta uang damai ketika melakukan tilang?

Seorang DPR ditanya: Mengapa meminta uang untuk membuat suatu Undang-undang?

Seorang Menteri ditanya: Mengapa selalu meminta setoran untuk partainya?
Seorang Pengurus Partai ditanya: Mengapa selalu meminta uang kepada Calon legislatifnya?

Jawabannya sama: SEMUA ORANG MELAKUKANNYA.

Ya Allah, bisakah kita mengatakan: TIDAK. Tidak semua orang melakukannya. Saya tahu pasti karena SAYA TIDAK MELAKUKANNYA!!!!!!!!!

(Dikutip dari Majalah Intisari, 2008)