Selasa, 02 Desember 2008

Cerita Kebijaksanaan

PERTAPA DAN KEPITING (1)

Suatu hari, seorang pertapa yang sedang berada di tepi sungai melihat seekor kepiting yang sedang tenggelam dan berusaha untuk menyelamatkan diri dari arus sungai yang deras. Pertapa mendekati kepiting dan berkata dari pinggir sungai. “Hai kepiting, aku akan menolong kamu, tetapi kamu harus membayarnya dengan mencarikan aku makan selama seminggu”. Kepiting yang sedang terengah-engah menyahut, “Baik, tapi segera tolong saya”. Si Pertapa segera menolong kepiting itu dengan mengulurkan sebuah ranting dan selamatnya si kepiting yang malang itu dengan menjepit ranting yang diulurkannya.

PERTAPA DAN KEPITING (2)
Suatu hari, seorang pertapa yang sedang berada di tepi sungai melihat seekor kepiting yang sedang tenggelam dan berusaha untuk menyelamatkan diri dari arus sungai yang deras. Pertapa mendekati kepiting dan berkata dari pinggir sungai. “Hai kepiting, aku akan menolong kamu”. Kepiting yang sedang terengah-engah menyahut, “Baik, tapi segera tolong saya”. Si Pertapa mengulurkan jarinya sehingga kepiting itu menjepit tangannya dan selamatlah si kepiting yang malang. Si Pertapa tangannya berdarah karena menolong kepiting itu.

PERTAPA DAN KEPITING (3)
Suatu hari, seorang pertapa yang sedang berada di tepi sungai melihat seekor kepiting yang sedang tenggelam dan berusaha untuk menyelamatkan diri dari arus sungai yang deras. Pertapa mendekati kepiting dan berkata dari pinggir sungai. “Hai kepiting, aku akan menolong kamu”. Kepiting yang sedang terengah-engah menyahut, “Baik, tapi segera tolong saya”. Si Pertapa mengulurkan sebuah ranting sehingga kepiting itu menjepit ranting itu dan selamatlah si kepiting yang malang. Si Pertapa tangannya tidak berdarah karena menolong kepiting itu.


Kisah di atas disadur dari cerita pertapa dan kepiting. Tiga kisah di atas adalah kisah fiksi yang dapat kita pelajari karakter dari masing-masing cerita. Pada cerita pertama, pertapa adalah seorang yang oportunitis. Dia hanya mau menolong orang jika dia mendapatkan keuntungan langsung dari perbuatannya itu. Dalam kondisi ekstrim, jika orang yang berkesusahan tidak memberikan keuntungan, maka dia juga tidak mau memberikan pertolongan.

Kisah yang kedua menggambarkan seorang yang baik hati, tulus tetapi tidak bijaksana. Menolong orang memang baik, akan tetapi jangan sampai merugikan diri sendiri. Niat baik juga harus didukung dengan kebijaksanaan yang cukup sehingga masalah orang akan selesai tanpa menimbulkan masalah baru. Jika ada banyak orang yang perlu ditolong, maka tidak banyak yang mampu ditolong dank ita tahu bahwa banyak sekali orang yang harus ditolong. Akan tetapi, bagaimana pun juga, semangat si pertapa pada kisah kedua tetap merupakan perbuatan yang terpuji dan patut dicontoh.

Kisah ketiga menggambarkan seorang yang baik hati dan juga bijaksana. Perbuatan baiknya didukung dengan kebijaksanaan, sehingga masalah dapat diselesaikan tanpa menimbulkan masalah lain. Dengan demikian, akan banyak sekali orang yang mampu ditolong karena si penolong melakukan perbuatan baik dengan disertai dengan kebijaksanaan yang cukup.

Bagaimana pun juga, kita tetap harus menolong sesama kita. Jauh lebih terpuji kisah kedua dari pada kisah pertama dan diharapkan kita semua mampu meneladan kisah ketiga. Jika kebijaksanaan kita tidak cukup, sehingga kita harus dirugikan karena menolong orang lain, lakukan saja. Ikhlas saja. Banyak contoh di mana seorang menolong banyak orang, dengan mengorbankan dirinya sendiri sampai mati. Mengapa? Karena memang tidak ada cara lain untuk menolong orang lain tanpa harus mengorbankan dirinya. Jika anda mampu, lakukan kisah ketiga, jika tidak lakukan kisah kedua. Jangan tidak menolong orang lain karena tidak mau rugi. Tetapi jangan sekali-kali menjadi kisah pertama karena anda telah mendapatkan balasan dari orang yang anda tolong, dan Sang Khalik tidak akan repot-repot memberikan balasan lagi kepada anda. Sayang kan???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan sampaikan komentar Anda Secara Indah