Sabtu, 30 Agustus 2008

Daging dan Komuni

Heboh!!! Itulah yang terjadi dalam suatu acara makan-makan pada suatu pesta. Suasana tidak nyaman muncul ketika ada kabar bahwa daging ayam yang disajikan di pesta itu disembelih tidak dengan cara yang benar dan tanpa mengucapkan ayat tertentu. Berarti daging ayam yang disiapkan disantap adalah haram. Daging ayam yang enak itu pada hakekatnya adalah tidak enak karena tidak diridhoi. Pemilik rumah pun kalang kabut dan tidak tahu harus berbuat apa.
Di suatu sudut kecil dalam ruangan pesta itu, seorang frater (calon imam yang masih sekolah) tampak bingung. Dirinya bingung, apa logikanya daging ayam yang tidak disembelih sambil mengucapkan bismillah menjadi tidak enak alias haram. Dicobanya mengecap-ngecap daging ayam itu. ‘Hmmm… tetap enak’ batinnya. Dia melirik kepada seniornya, seorang pastur yang agak senior dan telah banyak makan asam garam.
“Romo”, ujarnya memulai pembicaraan. “Saya tidak mengerti, kenapa orang-orang pada ribut dan tidak mau memakan daging ayam ini. Rasanya enak kok. Bukankah tidak ada bedanya antara ayam yang disembelih sambil mengucapkan bismillah dengan ayam yang disembelih tanpa mengucapkan kata-kata itu?”
Seniornya menoleh, memandang dengan mendalam, lalu menghembuskan nafas dalam-dalam terhadap pemahaman yuniornya yang masih sangat-sangat rendah.
“Begini. Aku akan menceritakan sesuatu cerita”, kata romo senior. ‘Waduh, malah dikhotbahi nich’ kata frater itu dalam hati dengan agak kecut. Romo senior meneruskan “Suatu saat, ketika dalam suatu perayaan ekaristi (upacara rutin mingguan umat Katholik) di gereja, hosti (roti tanpa ragi yang diberikan kepada umat sebagai tanda santapan rohani) yang harus diberikan kepada umat habis. Apa yang akan kamu lakukan? Apakah kamu akan mengambil hosti dari sankristi (ruangan untuk persiapan perayaan ekaristi) untuk diberikan kepada umat? Pasti tidak bukan??? Lalu apa bedanya hosti yang ada di altar gereja dengan hosti yang ada di sankristi. Rasa, bentuk dan ukurannya pun sama? Kamu paham?”
Frater itu pun manggut-manggut dan menyesali pemikiran logikanya yang ternyata masih sangat rendah. ‘Wah kayaknya aku musti belajar lebih banyak lagi’ kata frater muda itu dalam hati. Dalam perayaan ekaristi di gereja, akan dibagikan roti tidak beragi yang sering disebut hosti kepada umat yang dianggap telah dewasa secara keimanan sebagai pertanda kehadiran Yesus Kristus sendiri dalam kehidupan mereka. Hosti yang telah diberi doa tertentu dianggap sebagai penjelmaan Kristus sendiri, yang tentu saja berbeda dengan hosti yang masih ada di sankristi. Bagi orang yang tidak mengimani tentu akan berkata ‘Lalu apa bedanya?’

4 komentar:

  1. oh.. ritual... hubungan pribadi manusia dan Tuhan sudah hampir hilang ketutup ritual.
    apa yang haram dan halal, bukan apa yang masuk ke mulutmu, tapi yang keluar dari mulutmu. aku lebih suka itu, maka itu yang aku pakai^^ hehehehe..

    BalasHapus
  2. Buat Hachi

    Keyakinan anda layak untuk dihormati. demikian juga keyakinan yang lain yang meyakini bahwa sesuatu yang masuk mulut juga bisa haram. semua keyakinan baik dan indah. keindahan akan hilang ketika masing-masing mulai memperdebatkan keyakinan orang lain. Amien ya.....

    BalasHapus
  3. Hidup adalah keyakinan.
    Masing-masing akan percaya terhadap kebenaran keyakinannya.
    Maka hormatilah keyakinan orang lain.
    Apa yang masuk atau keluar dari mulutmu, bisa halal atau haram.

    BalasHapus

Silahkan sampaikan komentar Anda Secara Indah