Minggu, 26 Oktober 2008

Indahnya Sportivitas

Akhir-akhir ini kita disuguhi dengan banyak tayangan tentang demokrasi di negara Super Power yaitu tentang kampanye pemilihan presiden dan wakil presiden. Hampir dari kita tentu sudah tahu bahwa ada dua pasangan capres-cawapres, yaitu Obama-Biden melawan McCain-Palin. Banyak sekali fenomena menarik yang muncul dan, mempunyai ‘suasana’ yang sangat berbeda dengan kondisi di negara kita tercinta INDONESIA.

Hampir semua polling yang dilakukan menjagokan pasangan Obama-Biden dibandingkan pasangan McCain-Palin. Obama merupakan kandidat yang kebetulan pernah tinggal di daerah Menteng Jakarta, Indonesia. Tetapi saya pikir itu hanya kebetulan saja. Apakah itu akan mempunyai pengaruh terhadap kebijakan politik Amerika di Indonesia, saya tidak tahu dan saya tidak akan menceritakan tentang hal itu.

Sportivitas, ya itu yang ingin saya sampaikan di sini. Sportivitas yang mana? Bukankah sportivitas lebih terkenal di kalangan olah raga? Betul sekali. Tetapi kita sebagai manusia juga harus bisa hidup secara sportif, profesional dan mengedepankan nilai-nilai moral yang menjunjung tinggi kepentingan orang banyak. Lho, ini mau ngomong apa? OK, ini ceritanya.
Sarah Palin, kandidat wakil presiden McCain adalah mantan seorang selebritis yang sekarang menjabat Gubernur Alaska. Dalam suatu debat, ternyata Sarah Palin sering menjawab pertanyaan dari para panelis secara ‘kurang tepat’ (bahasa halus dari ngawur). Salah menyebut nama Jenderal (seharusnya Jendral David McKieman, disebut oleh Palin sebagai McClellan), juga tidak ingat tentang sederetan keputusan MA (MA-nya Amerika lho) yang ditolaknya. Padahal orang-orang di MA benar-benar ingat akan penolakan keputusan tersebut. Nah, aneh kan. Saya juga jadi ingat debat para calon pejabat di Indonesia, yang, sayangnya hampir semuanya tidak nyambung ketika ditanya oleh panelis. Tetapi, ya, mereka tetap saja terpilih. Bandingkan dengan suasana di Negara Paman Sam tersebut.

Ada lagi yang menarik perhatian. Palin pernah ‘minta tolong’ kepada suaminya, Tood Palin (seorang pegawai pemerintah) untuk memecat Mike Wooten yang cekcok dengan istrinya. Lho kenapa, karena ternyata istri dari Mike Wooten adalah adik kandung Palin. Nah, kalau itu terjadi di Indonesia, saya yakin seyakin-yakinnya, bahwa hal tersebut tidak akan menjadi masalah besar. Lha wong yang sudah terbukti korupsi milyaran rupiah, atau selingkuh, atau memukul orang di depan umum saja tidak diapa-apakan. Tetapi karena kejadian tersebut terjadi di Amerika, maka menjadi sebuah masalah besar dan benar-benar menurunkan popularitas Palin (termasuk McCain) secara drastis.

Anda jangan menganggap saya sebagai seorang ‘western’ yang menganggap bahwa dunia barat selalu lebih baik. Di sini saya ingin mengatakan bahwa kita bisa belajar dari sportivitas, kejujuran dan profesionalisme. Tidak semua yang berbau barat bagus kok, tetapi tidak ada salahnya jika kita mengikuti apa yang baik dan meninggalkan apa yang tidak sesuai dengan budaya kita. Pejabat Kejaksaan Agung kita yang benar-benar terekam ketika meminta uang, atau pejabat DPR yang terekam ketika mau berkencan dengan wanita muda, seolah-olah tidak mengakui kesalahannya dan masih berani membela diri. Alasannya azas praduga tak bersalah, merekam itu melanggar hukum, atau persepsi dari pendengar rekaman yang kurang tepat. Aneh, jutaan orang yang mendengar dikatakan salah semua!!!

Kenapa ya kita tidak bisa bersifat sportif?? Belajar dari gurunya Laskar Pelangi yang dengan tegas dan berulang-ulang mengatakan ‘kita sebagai orang banyak-banyaklah memberi, bukan banyak-banyak menerima!!!’

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan sampaikan komentar Anda Secara Indah