Jumat, 17 Oktober 2008

Kiai Masuk Gereja

Sekitar 6 sampai 20 Oktober 2008, Emha Ainun Jadjib dan konco-konconya melawat Belanda bersama perabotan Kiai Kanjengnya. Keunikan dari lawatan ini adalah karena diprakarsai oleh Protestant Church Belanda (dilaksanakan oleh Centre for Reflection of the Protestant Church dan Hendrik Kraemer Institute), serta bekerja sama dengan Java Enterprise. Title dari tour itu adalah Voices & Visions dan ditampilkan dalam beberapa agenda pementasan musik dan dialog di tujuh kota yakni Den Haag, Amsterdam, Rotterdam, Deventer, Leeuwarden, Windesheim, dan Utrecht. Selain itu, juga akan bertemu komunitas muslim Belanda.

Di Deen Haag, misalnya, Emha dan Kiai Kanjeng akan tampil di gereja Christus Triomfater dan pesta rakyat di Moerwijk, pentas di Theater de Regentes, juga tabligh akbar di Masjid al-Hikmah. Di Amsterdan Emha dan Kiai Kanjeng memenuhi undangan simposium dan pentas musik. Di Deventer, mereka akan bertemu dengan tokoh agama setempat dan menyelenggarakan workshop dan konser mini. Di Leeuwarden dan Windesheim, Emha dan KiaiKanjeng akan terlibat diskusi dengan para mahasiswa dan masyarakat sekitar, tentu dengan iringan musik KiaiKanjeng. Di Rotterdam, Emha dan KiaiKanjeng akan tampil di Universitas Islam Rotterdam. Di Utrecht, mereka akan pentas di Theater de Nobelaer. Sementara di Amsterdam, Emha dan KiaiKanjeng akan bertemu dengan tokoh muslim setempat dan menggelar diskusi dan konser mini di sana, serta mengikuti workshop dan diskusi dengan artis Belanda.

Cak Nun juga diminta untuk menyampaikan presentasi di beberapa forum dialog dengan fokus pengembangan dialog antarbudaya dan antar agama. Di forum-forum itu, Cak Nun akan menyampaikan pandangannya tentang Islam dan pluralisme, Islam dan lingkungan hidup, serta alam dan kebebasan beragama, tentu dengan sudut pandang khas Emha. Sementara itu pihak Gereja Protestan di Belanda menyatakan bahwa melalui tur ini mereka bermaksud menyumbangkan sikap saling penghargaan antara orang yang beda agama. Sekretaris Jendral Gereja Protestan di Belanda, pendeta Arjen Plaisier, mengatakan: Gereja kami tidak dipanggil untuk mengabarkan agama Islam, tetapi untuk mendukung percakapan/pertemuan dengan orang yang beda agama secara jujur dan dengan rasa hormat. Emha memakai pendekatan ini juga, seperti mitra-mitra Muslim kami di Belanda. Sekarang ini kami sering mendengar pencirian-pencirian mengenai orang Islam yang tidak bernuansa, malah yang memalukan.

Dalam keadaan ini Gereja Protestan ingin memberikan perhatian kepada teladan yang positif.
Bagi Emha dan KiaiKanjeng, tampil di hadapan publik nonmuslim melalui dialog dan pementasan musik bukan hal yang baru, dan dalam kesempatan yang demikian itu, Emha dan KiaiKanjeng berupaya menampilkan tafsir pluralisme ala mereka yakni bahwa orang Islam tidak perlu menyembunyikan identitasnya sebagai muslim pun sebaliknya bagi nonmuslim. Pluralisme adalah saling mengerti siapa diri kita sembari pada saat bersamaan berlomba dalam mewujudkan kebaikan. Itulah di antara yang pernah disampaikan Emha pada saat hadir di Gereja Pugeran Yogyakarta pertengahan tahun 2007 lalu. Di Belanda pun Emha dan KiaiKanjeng membawa semangat yang sama.

Negeri Belanda mempunyai hubungan emosional yang sangat erat dengan Indonesia yang mayoritas muslim. Selain telah menjajah Indonesia sekitar 350 tahun, akhir-akhir ini juga ada beberapa kejadian yang cukup menarik untuk dicermati. Adanya pembunuhan Theo van Gogh seorang sutradara film oleh seorang Muslim Marokko dan juga film "Fitna" oleh anggota Parlemen Geert Wilders.

Pemerintah Belanda, dan mungkin juga banyak pemerintah negeri "Barat" lain sepertinya masih belum bisa matching dengan muslim. Hal tersebut menjadi lebih buruk, ketika di kalangan muslim sendiri muncul berbagai aliran garis keras yang seolah memberikan cap bahwa kecurigaan dunia barat adalah benar, atau setidaknya ada unsur benarnya. Meskipun jumlah garis keras relatif sedikit dan tidak mewakili pandangan umum muslim, tetapi aksinya sering mencemaskan sehingga bangsa barat yang terkenal teratur menjadi sangat berhati-hati.
Kurangnya dialog antara barat dan muslim menjadikan permasalahan tersebut semakin meruncing. Saling curiga menjadi semakin tajam, dan hal tersebut benar-benar dimanfaatkan oleh garis keras (muslim) dan juga oleh kaum oportunitis (barat). Banyak ahli berpendapat bahwa penyerangan ke Irak yang sebenarnya bermotif minyak dipelintir menjadi perserteruan timur-barat.

Eddy Supriyadi, (Vrije Universiteit, Amsterdam) salah satu mahasiswa doktoral di Belanda sempat mengutip kalimat dari Emha: "Orang berbuat jahat tidak harus seratus persen kita pahami sisi kejahatannya, tetapi bisa kita cari kemungkinan bahwa kejahatan itu bersumber dari kelemahan atau keterpaksaan. Dengan demikian kita bukan membencinya karena kejahatannya, melainkan ada peluang dan bahkan kewajiban untuk mengantarkannya terlepas dari kelemahan itu, sehingga produk jahatnya juga bisa terkurangi. Bahkan orang yang membenci kita, memfitnah kita dan memaki-maki kita, sesungguhnya mengantarkan kepada kita keharusan untuk menggali ilmu dan pengetahuan tentang sebab kebencian itu. Misalnya bahwa kebenciannya itu berasal dari suatu keadaan mental yang terbatas sedemikian rupa sehingga ia tidak punya kemungkinan lain kecuali membenci kita. Kemudian kebencian itu juga mengantarkan juga pancingan untuk menambah kasih sayang kita kepadanya, syukur diam-diam menolongnya untuk berjalan menuju kondisi mental yang lebih kuat dan positif sehingga ia tidak perlu membenci siapapun sebagai satu-satunya jalan untuk survive secara psikologis..."

Pendapat itu sangat kontras sekali dengan pendapat garis keras, seperti FPI misalnya. Pandangan garis keras sangat tidak pluralis dan sangat eksklusif. Mereka beranggapan bahwa orang yang menghargai pluralisme adalah orang yang ilmunya belum tinggi sehingga masih mau bertoleransi dengan orang lain. Lalu mana yang benar??? Jika Tuhan/Allah/Yahwe memang menhendaki, maka akan diciptakan satu bangsa saja, satu agama saja dan tidak ada perbedaan. Perbedaan adalah hakekat dari penciptaan itu sendiri. Amien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan sampaikan komentar Anda Secara Indah