Senin, 20 Oktober 2008

Kiai Masuk Gereja (2)

Cak Nun berkotbah di Gereja atau di depan orang-orang Non Muslim sudah bukan pertama kali. Di Indonesia sendiri, sudah beberapa kali Cak Nun diundang berbicara di depan orang-orang Katholik, bukan untuk berdebat tentang agama, tetapi untuk saling terbuka dan berbicara dari hati ke hati, dan mencari kebersamaan, menghindarkan konflik. Adalah lebih bijaksana mencari persamaan dan bekerja sama menghadapi ‘musuh’ bersama. Musuh orang beragama yang akan dilawan oleh umat beragama, agama apapun secara bersama-sama. Banyak sekali musuh yang harus dilawan, misalnya kemiskinan, korupsi, masa depan anak-anak dan juga masalah lingkungan.

Pencarian kebersamaan juga dapat dilakukan dengan dialog serupa. Umat Kristen (sebutan untuk mengikut Nabi Isa, termasuk juga Katholik) menganggap Nabi Isa (Yesus Kristus) lebih dari sekedar Nabi, tetapi juga sebagai Tuhan. Hal ini sering ditolak oleh Umat Muslim dan menimbulkan konflik karena dianggap sebagai penghinaan. Akan tetapi, Gus Mus mengatakan dalam suatu kesempatan, bahwa pandangan itu tidak akan dapat diubah. Hal yang lebih bijaksana adalah mencari persamaannya, yaitu bahwa Tuhan (Allah) itu dekat sekali dengan manusia. Dalam Islam dituliskan bahwa Allah lebih dekat dari pada tulang rusuk kita. Hal ini juga akan dianggap mustahil oleh orang Kristen. Jadi ya… sama saja. Orang selalu menganggap aneh apa yang diyakini oleh orang lain dan jika dibesar-besarkan, yang terjadi ya konflik.

Orang Islam akan menganggap aneh kepercayaan Hindu yang menghormati seekor sapi. Tapi itu sudah diyakini selama berabad-abad, dan ada banyak sekali alasan untuk menghormati seekor sapi, menurut keyakinan Hindu. Orang Hindu juga akan menganggap aneh mengapa orang Islam tidak menghormati sapi, tetapi malah memakan sapi dan menganggap itu jauh lebih baik dari pada makan babi atau anjing. Orang Katholik juga akan lebih heran lagi. Akan tetapi orang Katholik selalu memakan komuni setiap minggu yang sebenarnya hanya merupakan roti tidak beragi. Nah…..jadi ngapain repot dengan perbedaan, jauh lebih enak membicarakan persamaan dan mencari solusi bersama untuk kehidupan ini. Tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa apa yang kita yakini adalah paling benar dan juga harus diyakini oleh orang lain. Si Empunya semesta aja tidak pernah memaksa orang untuk meyakini bahwa diri-Nya lah yang menciptakan semesta ini. Nah…ngerti gak Son….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan sampaikan komentar Anda Secara Indah