Rabu, 10 September 2008

Dosa Terbesar

DOSA TERBESAR

Sang Khalik duduk di meja kerjanya sambil mengutak-atik lap top yang ada di depannya. Wajahnya terlihat cerah dan nafasnya menunjukkan bahwa diri-Nya puas. Sesaat kemudian, Dia memanggil ajudan terpercayanya yang telah sekian lama dengan setia mengabdi.
"Iya Pak", ajudan setianya datang dengan tegap dan penuh percaya diri.
"Kamu tahu kan kalau ini sudah hampir saatnya?" tanya Sang Khalik kepada ajudannya.
"Betul Pak!" jawab ajudanya dengan sigap.
"Baik. Sekarang kamu hubungi koordinator ruang kanan dan koordinator ruang kiri untuk segera mempersiapkan kedatangan penghuni-penghuninya. Juga kamu siapkan kriteria penghuni mana yang layak di kanan dan penghuni mana yang layak di kiri".
"Segera Pak!"
Ajudannya segera bergegas pergi dan mulai melakukan koordinasi. Koordinator ruang kanan dan kiri dihubungi, juga para bawahannya mulai disuruh untuk menghitung kriteria-kriteria masing-masing calon penghuni yang telah menunggu. Anak buahnya segera bertindak. Uji kelayakan segera dilakukan dengan menggunakan metode-metode statistik yang canggih yang telah mereka kuasai sekian lama. Regresi bayessian, structural equation modelling, partial least square dan tetek bengek lainnya sudah dikuasai di luar kepala.
Alhasil, keesokan harinya, Sang Khalik kembali duduk di meja kerjanya, membuka lap top, dan di situ sudah ada pesan bahwa semuanya telah selesai dikerjakan. Sang Khalik mengangguk-angguk puas dan tersenyum. Dia segera beranjak dari kursinya dan berjalan menuju ruangan di sebelah kanan. Ketika masuk ke ruangan itu, Sang Khalik terkejut sekali. Hanya ada sedikit sekali penghuni ruangan sebelah kanan. Tidak seperti yang telah dibayangkan sebelumnya. Tetapi wajah-Nya tetap tenang dan berwibawa. Disentilnya telunjuk kiri, dan ajudan yang setia segera mendekat.
"Hanya sedikit sekali penghuni ruangan sebelah kanan". Kata itu tidak jelas, apakah bertanya atau hanya menggumam. Ajudan-Nya menjawab
"Ini semua telah sesuai dengan prosedur yang ada. Metode statistik yang dipergunakan telah sesuai dan alat analisis yang dipergunakan juga telah tepat. Semua asumsi yang ada telah terpenuhi. Memang hanya ada sedikit sekali yang memenuhi apa yang telah Bapak gariskan kepada mereka melalui 25 utusan yang telah dikirim".
"Hmmm…" Sang Khalik menggumam. "Baiklah, Aku ingin ruangan sebelah kanan ini berisi penghuni yang lebih banyak dari pada yang sekarang. Aku yang membuat kebijakan, maka sekarang Aku akan memperbaharuinya. Coba metode statistik yang digunakan dibalik sehingga semua yang pernah melakukan apa yang aku gariskan pindah ke ruangan sebelah kanan. Tidak peduli mana yang lebih banyak, apakah pelanggaran atau ketaatan. Yang penting, yang pernah melakukan pesan-Ku pindah ke ruangan kanan".
"Baik Pak". Ajudan-Nya segera memanggil bagian IT untuk segera memprogram ulang komputer induk. Ajudan itu berbisik-bisik dan manajer IT manggut-manggut menerima bisikan itu. Setelah itu, ajudan itu juga menghubungi manajer-manajer bagian terkait untuk melaksanakan perintah dari Sang Khalik. Manajer-manajer itu semuanya sangat terlatih dan taat, juga pintar. Boleh dibilang tidak pernah ada kesalahan dalam melaksanakan perintah.
Beberapa waktu berlalu, Sang Khalik kembali memasuki ruangan sebelah kanan dan melihat bahwa banyak sekali penghuni ruangan itu. Sang Khalik tersenyum puas dan memandang semua penghuni itu dengan tersenyum. Ajudan dan petugas yang lain juga ikut lega. Tiba-tiba telepon Sang Khalik berbunyi. Diangkatnya telepon itu dan terdengar sebuah suara
"Halo. Ini koordinator ruangan sebelah kiri". Sebuah suara yang terdengar agak keras. Ya.. memang itulah karakter koordinator ruangan sebelah kiri. Tidak pernah hormat dengan siapapun dan tidak perduli dengan apapun.
"Iya, ada apa?" Sang Khalik tetap menjawab dengan tenang.
"Ini tidak bisa dibiarkan. Ruangan saya boleh dibilang hampir kosong. Ini tidak sesuai dengan kesepakatan kontrak kita".
"Baik akan segera dikirim", Sang Khalik menjawab dengan tenang dan penuh percaya diri. Ketika masih merenung memikirkan siapa yang harus dipindah ke ruangan kiri, tiba-tiba terdengar suara gaduh dari salah satu kerumunan para penghuni. Kegaduhan itu muncul dari sekelompok orang yang berpakaian putih-putih yang kelihatannya tidak puas dengan kondisi yang ada. Ajudan agak kaget dan segera memerintahkan anak buahnya untuk mengatasi kondisi tersebut agar lebih terkendali. Tetapi Sang Khalik melambaikan tangan-Nya pertanda bahwa diri-Nya ingin mendekati kerumunan pembuat gaduh tersebut. Ajudan hanya diam saja ketika Sang Khalik berjalan mendekati kerumunan itu.
"Ada yang mau disampaikan?" sapa Sang Khalik ramah dan bijaksana.
"Benar!" sahut salah satu dari pembuat gaduh tersebut. Saya mau protes. Ini tidak adil. Kami adalah bagian dari kelompok yang selalu mentaati segala kebijakan yang telah Engkau berikan. Hampir-hampir kami tidak pernah melanggar aturan yang telah Kau buat. Bahkan kami secara pro-aktif ikut menegakkan peraturan yang ada baik secara halus maupun kasar. Itu semua demi tegaknya garis-garis yang telah Kau sampaikan kepada kami melalui ke-25 duta yang telah Kau kirim sendiri. Tetapi kenapa sekarang banyak orang yang tidak mentaati pesan-Mu berada di sini. Di ruangan yang sama dengan kami?" suaranya berapi-api dan penuh semangat. Sang Khalik diam, tenang memandang kelompok tersebut. Setelah beberapa saat, Sang Khalik mengambil telepon dan mulai menelpon.
"Halo, koordinator ruangan sebelah kiri. Aku telah menemukan calon-calon penghuni ruanganmu. Segera akan dikirim!"
Dosa yang paling besar adalah merasa bahwa dirinya paling baik dan tidak berdosa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan sampaikan komentar Anda Secara Indah