Minggu, 21 September 2008

Harga Sebuah Nyawa

HARGA SEBUAH NYAWA


Kalau Anda ditanya, berapa harga sebuah nyawa? Pastilah dengan spontan Anda menjawab, ‘sangat berharga’. Kalau dipaksa untuk menjawab, berapa rupiah, atau berapa dollar harga sebuah nyawa, kemungkinan Anda akan menganggap bahwa orang yang menanyakan sangat merendahkan harga nyawa sebuah manusia. Atau dengan kata lain, harga sebuah nyawa manusia tidak dapat diukur dengan rupiah atau dollar.

Tapi apakah realitas menunjukkan demikian? Di Indonesia, sebuah negara yang sarat dengan religi dan hukum dijunjung dengan sangat tingginya (sampai-sampai hanya beberapa orang yang dapat menggapainya), sebuah nyawa manusia harganya sangat murah. Untuk sebuah zakat bernilai tidak lebih dari Rp. 100.000, lebih dari 20 orang meninggal. Itu baru kasus yang ada akhir-akhir ini. Kalau ditilik mundur ke belakang, wah… akan lebih tragis. Berapa nyawa TKI (atau lebih halusnya nakerwati) yang melayang demi meraup rupiah di negara asing? Berapa ratus orang yang tiap hari mempertaruhkan nyawa dengan duduk di atas kereta listrik dengan menghemat beberapa ribu rupiah? Hampir tiap hari di ada berita melayangnya nyawa manusia untuk nilai rupiah yang relatif kecil, atau orang yang mempertaruhkan nyawanya demi manfaat rupiah yang demikian kecil.

Lagi-lagi, salah siapa? Mengapa hal itu bisa terjadi? Nyawa manusia mungkin dapat dipertaruhkan untuk sesuatu yang berkaitan dengan isme atau nasionalisme. Mati demi kemerdekaan, jihad, membela agama atau sejenisnya. Tapi demi uang ribuan rupiah? Yang jelas bukan salah mereka yang meninggal ketika mempertaruhkan uang ribuan rupiah tersebut. Mereka boleh dibilang berada pada kondisi ‘zero’. Kalau untung bisa dapat makan, memperpanjang usia beberapa hari. Kalau tidak, ya mati juga tidak apa-apa. Lebih baik mati cepat dari pada mati karena kelaparan. Jangan salahkan mereka. Lalu salah siapa? Ebit G Ade bilang, tanya saja pada rumput yang bergoyang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan sampaikan komentar Anda Secara Indah